Sayid Qutub, di dalam muqadimah Fi Dzilalil Qur’annya
mengungkapkan, “Hidup di bawah naungan Al-Qur’am merupakan suatu
kenikmatan. Kenikmatan yang tiada dapat dirasakan, kecuali hanya oleh
mereka yang benar-benar telah merasakannya. Suatu kenikmatan yang
mengangkat jiwa, memberikan keberkahan dan mensucikannya.”
DEFINISI AL-QUR’AN
-
Dari segi bahasa, Al-Qur’an berasal dari qara’a, yang berarti menghimpun dan menyatukan.
-
Sedangkan Qira’ah
berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata yang satu dengan yang
lainnya dengan susunan yang rapih (Al-Qattan, 1995: 20). Allah
berfirman,”Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (Al-Qiyamah: 17)
Segi istilahnya, Al-Qur’an
adalah Kalamullah yang merupakan mu’jizat yang ditunjukan kepada Nabi
Muhammad saw., yang disampaikan kepada kita secara mutawatir dan
dijadikan membacanya sebagai ibadah.
Kalam Allah. Allah berfirman, “Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (An-Najm: 4)
Mu’jizat.
Salah satu bukti bahwa
Al-Qur’an itu merupakan mu’jizat adalah bahwa Al-Qur’an sejak diturunkan
senantiasa memberikan tantangan kepada umat manusia untuk membuat
semisal ‘Al-Qur’an tandingan’, jika mereka memiliki keraguan bahwa
Al-Qur’an merupakan kalamullah. Allah swt. berfirman, “Dan jika kamu
(tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu
dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat (nya) dan pasti kamu tidak
akan dapat membuat (nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan
bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”
(Al-Baqarah: 23-24)
Bahkan dalam ayat lainnya,
Allah menantang mereka-mereka yang ingkar terhadap Al-Qur’an untuk
membuat semisal Al-Qur’an, meskipun mereka mengumpulkan seluruh umat
manusia dan seluruh bangsa jin sekaligus, “Katakanlah: Sesungguhnya jika
manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini,
niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
(Al-Isra’: 88)
Diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Allah swt. menjelaskan dalam
Al-Qur’an, “Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril) ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
(Asy-Syu’ara: 192-195)
Diriwayatkan secara mutawatir.
Al-Qur’an ditulis di pelepah
korma, di tulang-tulang, kulit hewan, dan sebagainya. Di antara yang
terkenal sebagai penulis Al-Qur’an adalah Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah,
Ubai ibn Ka’b, dan Zaid bin Tsabit.
Membacanya sebagai ibadah
Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan
shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu
mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah
menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka
dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri.” (Faathir: 29-39)
Rasulullah SAW juga pernah
mengatakan, dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw. bersabda,
“Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitabullah (Al-Qur’an), maka
ia akan mendapatkan satu kebaikan. Dan satu kebaikan itu dengan sepuluh
kali lipatnya. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim sebagai satu
haruf. Namun Alif merupakan satu huruf, Lam satu huruf dan Mim juga satu huruf.” (HR. Tirmidzi)
Konsekwensi Beriman dengan Al-Qur’an
Senantiasa
‘dekat’ dengan Al-Qur’an. maksudnya adalah senantiasa memiliki
keinginan untuk berinteraksi secara dekat dengan Al-Qur’an. Interaksi
ini tergambarkan dalam dua hal:
Dalam
sebuah hadits dikatakan, dari Aisyah r.a., Rasulullah saw. bersabda,
“Seseorang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an, kelak ia akan dikumpulkan
bersama para malaikat yang mulia dan suci. Dan orang yang masih
terbata-bata membacanya lagi berat, maka ia akan mendapatkan pahala dua
kali lipat.” (HR. Muslim)
Dari sisi pemahamannya, mencakup masalah ibadah, muamalah, jihad, dan lain sebagainya. Allah
menggambarkan dalam Al-Qur’an mengenai mereka-mereka yang tidak mau
memahami ayat-ayat Allah, “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi
neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179)
Dari sisi
perealisasiannya, mencakup bidang ekonomi, sosial, politik, dan
sebagainya. Allah berfirman, “Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang
kafir.” (Al-Maidah: 44)
Dari sisi menghafal
ayat-ayat dan surat-surat dalam Al-Qur’anRasulullah saw. bersabda,
“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan menghafalnya, maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga dan memberinya hak syafaat untuk sepuluh
anggota keluarganya yang telah ditetapkan masuk neraka.” (HR. Ibnu
Majah)
Mentarbiyah diri dengan Al-Qur’an.
-
Menerima sepenuh hati segala hukum yang terkandung di dalamnya. Al-Ahzab: 36
-
Berdakwah (mengajak) orang lain kepada Al-Qur’an. An-Nahl: 125
-
Menegakkannya di muka bumi. Asy-Syuraa: 13 janji Allah bagi yg menegakkan agamanya (An-Nur: 55)
Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya Allah swt. akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab
ini (Al-Qur’an), dengan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang
lain.” (HR. Muslim).
Al-Qur’an Sebagai Minhajul Hayah.
-
Rasulullah saw. bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah generasi yang ada pada masaku (para
sahabat), kemudian generasi yang berikutnya (tabi’in), kemudian
generasi yang berikutnya lagi (atba’ut tabiin).” (HR. Bukhari)
-
Rasulullah saw. bersabda,
“Janganlah kalian mencela sahabat-sahabatku. Karena sekiranya salah
seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, niscaya
ia tidak akan dapat menyamai keimanan mereka, bahkan menyamai
setengahnya pun tidak.” (HR. Bukhari).
Ada 3 faktor yang menjadikan generasi sahabat adalah generasi terbaik:
Pertama,
karena mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber petunjuk
jalan, guna menjadi pegangan hidup mereka, dan mereka membuang
jauh-jauh berbagai sumber lainnya
Kedua,
ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah,
pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebainya. Namun mereka
membacanya hanya untuk mengimplementaikan apa yang diinginkan oleh Allah
dalam kehidupan mereka.
Ketiga,
mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu
ketika jahiliah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak
perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang
bersifat pemikiran maupun budaya.
14 Adab Agar Tilawah Anda Memberi Bekas
-
Pilihlah waktu yang
terkategori waktu Allah ber-tajalli kepada hamba-hamba-Nya. Di saat itu
rahmat-Nya memancar. Bacalah Al-Quran di waktu sepertiga terakhir
malam (waktu sahur), di malam hari, di waktu fajar, di waktu pagi, dan
di waktu senggang di siang hari.
-
Pilih tempat yang sesuai, Arahkan wajah Anda ke kiblat, duduk terbaik seperti saat tasyahud dalam shalat
Baca Al-Qur’an dalam keadaan diri Anda suci secara fisik. Harus suci dari jinabah.
-
Sucikan semua indera Anda -lidah, mata, telinga, hati– yang berhubungan dengan tilawah Al-Qur’an dari perbuatan maksiat
-
Hadirkan niat yang ikhlas hanya kepada Allah swt.
-
Berharaplah akan naungan dan lindungan Allah swt.
Bacalah isti’adzah dan basmalah. “Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl: 98).
-
Kosongkan jiwa Anda dari hal-hal yang menyita perhatian, kebutuhan, dan tuntutan yang harus dipenuhi sebelum membaca Al-Qur’an
-
Saat membaca, batasi pikiran Anda hanya kepada Al-Qur’an saja.
-
Hadirkan
kekhusyu’an. Menangislah saat membaca ayat-ayat tentang azab. Hadirkan
azab itu begitu nyata dalam penglihatan Anda dengan menyadari dosa-dosa
dan maksiat yang masih lekat dengan diri Anda. Jika Anda tidak mampu
berbuat seperti itu, tangisilah diri Anda yang tidak mampu tersentuh
dengan ayat-ayat yang menggambarkan kedahsyatan azab neraka.
-
Rasakan keagungan Allah swt. Yang Mahabesar yang dengan kemurahannya memancarkan nikmat dan anugerah-Nya kepada Anda.
Perhatikan
ayat-ayat untuk ditadabburi. Pahami maknanya. Resapi hakikat-hakikat
yang terkandung di dalamnya. Kaitkan juga dengan berbagai ilmu,
pengetahuan, dan pelajaran yang bisa menambah pengayaan Anda tentang
ayat-ayat tersebut. Inilah tujuan tilawah
-
Hanyutkan perasaan dan emosi Anda sesuai dengan ayat-ayat yang Anda baca. Bergembiralah
saat membaca kabar gembira. Takutlah saat membaca ayat peringatan dan
tentang siksaan. Buka hati saat membaca ayat tentang perintah beramal.
Koreksi diri saat bertemu tilawah Anda membaca sifar-sifat orang
munafik. Resapi ayat-ayat yang berisi doa. Dengan begitu hati Anda
hidup dan bergetar sesuai dengan sentuhan setiap ayat. Inilah ciri
orang beriman yang sejati dengan imannya (Al-Anfal: 2).
-
Rasakan
bahwa diri Anda sedang diajak berbicara Allah swt. lewat ayat-ayat-Nya.
Berhentilah sejenak saat bertemu dengan ayat yang didahului dengan
kalimat “Wahai orang-orang yang beriman…, hai manusia….” Rasakan setiap
panggilan itu hanya untuk Anda. Dengan begitu lanjutan ayat yang
berisi perintah, larangan, teguran, peringatan, atau arahan akan dapat
Anda respon dengan baik. Kami dengar dan kami taat. Bukan kami dengarin lalu kami cuekin.
Keutamaan Membaca al-Qur’an
Dari
Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Bacalah
Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para
pembacanya di hari kiamat.” (HR. Muslim)
Dari Usman bin Affan ra, Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Tirmidzi)
Mendapatkan pahala akan bersama malaikat di akhirat, bagi yang mahir mambacanya.
Dari Aisyah ra,
berkata; bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an
dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para malaikat yang
mulia lagi taat kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim)
“Dan
orang yang membaca Al-Qur’an, sedang ia masih terbata-bata lagi berat
dalam membacanya, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Bukhari Muslim)
Dari
Umar bin Khatab ra. Rasulullah saw. bersabda,: “Sesungguhnya Allahswt.
akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur’an), dengan
dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim)
Mendapatkan sakinah, rahmat, dikelilingi malaikat, dan dipuji Allah di hadapan makhluk-Nya.
Dari
Abu Hurairah ra. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah suatu kaum
berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat
suci Al-Qur’an dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka
ketengangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan
dilingkari oleh para malaikat, dan Allah pun akan menyebut (memuji)
mereka di hadapan makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim)
Keutamaan mengkhatamkan al-Qur’an
1. Merupakan amalan yang paling dicintai Allah
Dari
Ibnu Abbas ra, beliau mengatakan ada seseorang yang bertanya kepada
Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai
Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi,
“Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Yaitu yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir. Setiap kali
selesai ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR. Tirmidzi)
2. Orang yang mengikuti khataman Al-Qur’an, seperti mengikuti pembagian ghanimah
Dari
Abu Qilabah, Rasulullah saw. mengatakan, “Barangsiapa yang menyaksikan
(mengikuti) bacaan Al-Qur’an ketika dibuka (dimulai), maka seakan-akan
ia mengikuti kemenangan (futuh) fi sabilillah. Dan barangsiapa yang
mengikuti pengkhataman Al-Qur’an maka seakan-akan ia mengikuti pembagian
ghanimah.” (HR. Addarimi)
3. Mendapatkan doa/shalawat dari malaikat
Dari
Mus’ab bin Sa’d, dari Sa’d bin Abi Waqas, beliau mengatakan, “Apabila
Al-Qur’an dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam, maka malaikat
akan bersalawat (berdoa) untuknya hingga subuh. Dan apabila khatam
bertepatan pada akhir malam, maka malaikat akan bershalawat/ berdoa
untuknya hingga sore hati.” (HR. Addarimi.)
4. Mengikuti sunnah Rasulullah saw.
Mengkhatamkan Al-Qur’an merupakan sunnah Rasulullah saw. Hal ini tergambar dari hadits berikut: Dari
Abdullah bin Amru bin Ash, beliau berkata, “Wahai Rasulullah saw.,
berapa lama aku sebaiknya membaca Al-Qur’an?” Beliau menjawab,
“Khatamkanlah dalam satu bulan.” Aku berkata lagi, “Sungguh aku mampu
lebih dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam
dua puluh hari.” Aku berkata lagi, “Aku masih mampu lebih dari itu,
wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah dalam lima belas
hari.” “Aku masih lebih mampu lebih dari itu, wahai Rasulullah.” Beliau
menjawab, “Khatamkanlah dalam sepuluh hari.” Aku menjawab, “Aku masih
lebih mampu lagi, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Khatamkanlah
dalam lima hari.” Aku menjawab, “Aku masih lebih mampu lagi, wahai
Rasulullah.” Namun beliau tidak memberikan izin bagiku. (HR. Tirmidzi)
Waktu mengkhatamkan Al-Qur’an
a. Keutamaan waktu yang dibutuhkan untuk mengkhatamkan Al-Qur’an
Dari Abdullah bin Amru
bin Ash, dari Rasulullah saw., beliau berkata, “Puasalah tiga hari dalam
satu bulan.” Aku berkata, “Aku mampu untuk lebih banyak dari itu, wahai
Rasulullah.” Namun beliau tetap melarang, hingga akhirnya beliau
mengatakan, “Puasalah sehari dan berbukalah sehari, dan bacalah
Al-Qur’an (khatamkanlah) dalam sebulan.” Aku berkata, “Aku mampu lebih
dari itu, wahai Rasulullah?” Beliau terus malarang hingga batas tiga
hari. (HR. Bukhari)
b. Larangan untuk mengkhatamkan kurang dari tiga hari
Hadits di
atas juga mengisyaratkan larangan Rasulullah saw. untuk mengkhatamkan
Al-Qur’an kurang dari tiga hari. Hikmah di balik larangan tersebut,
Rasulullah saw. katakan dalam hadits lain sebagai berikut:
Dari
Abdullah bin Amru, beliau mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Tidak akan dapat memahami/menghayati Al-Qur’an, orang yang membacanya
kurang dari tiga hari.” (HR. Abu Daud)
c. Rasulullah saw. tidak pernah mengkhatamkan Al-Qur’an dalam satu malam
Dari
Aisyah ra, beliau mengatakan, “Aku tidak pernah tahu Rasulullah saw.
mengkhatamkan Al-Qur’an secara keseluruhan pada malam hingga fajar.” (HR. Ibnu Majah)
Sunnah dalam teknis mengkhatamkan Al-Qur’an
Adalah
Anas bin Malik, beliau memiliki kebiasaan apabila telah mendekati
kekhataman dalam membaca Al-Qur’an, beliau menyisakan beberapa ayat
untuk mengajak keluarganya guna mengkhatamkan bersama.
Dari
Tsabit al-Bunnani, beliau mengatakan bahwa Anas bin Malik jika sudah
mendekati dalam mengkhatamkan Al-Qur’an pada malam hari, beliau
menyisakan sedikit dari Al-Qur’an, hingga ketika subuh hari beliau
mengumpulkan keluarganya dan mengkhatamkannya bersama mereka. (HR. Darimi)
Kiat-Kiat Agar Senantiasa Dapat Mengkhatamkan Al-Qur’an
-
Memiliki ‘azam’
yang kuat untuk dapat mengkhatamkannya dalam satu bulan. Atau dengan
kata lain memiliki azam untuk membacanya satu juz dalam satu hari.
-
Melatih diri dengan bertahap untuk dapat tilawah satu juz dalam satu hari.
-
Mengkhususkan waktu
tertentu untuk membaca Al-Qur’an yang tidak dapat diganggu gugat,
kecuali jika terdapat sebuah urusan yang teramat sangat penting. Waktu
yang terbaik adalah ba’da subuh.
-
Menikmati bacaan yang
sedang dilantunkan oleh lisan kita. Lebih baik lagi jika kita memiliki
lagu tersendiri yang stabil, yang meringankan lisan kita untuk
melantunkannya. Kondisi seperti ini membantu menghilangkan kejenuhan
ketika membacanya.
-
Usahakan untuk senantiasa membersihkan diri (baca: berwudhu’) terlebih dahulu sebelum kita membaca Al-Qur’an.
-
Membaca-baca kembali
mengenai interaksi generasi awal umat Islam, dalam berinteraksi dengan
Al-Qur’an, baik dari segi tilawah, pemahaman ataupun pengaplikasiannya.
-
Memberikan iqab atau hukuman secara pribadi, jika tidak dapat memenuhi target membaca Al-Qur’an.
-
Diberikan motivasi dalam
lingkungan keluarga jika ada salah seorang anggota keluarganya yang
mengkhatamkan al-Qur’an, dengan bertasyakuran atau dengan memberikan
ucapan selamat dan hadiah.
- Mengkhatamkan Al-Qur’an
merupakan sifat Rasulullah, para sahabat, salafuna shaleh, dan
orang-orang mukmin yang memiliki ketakwaan kepada Allah. Seyogyanya,
kita juga dapat memposisikan Al-Qur’an sebagaimana mereka memiliki
semangat, meskipun kita jauh dari mereka.